Dewasa
ini, banyak aliran-aliran beladiri dari luar (negeri), menginvasi
Indonesia. Beladiri macam Karate, Judo, Taekwondo, Capoeira, Jiu-Jitsu,
Aikido, Kempo, Muay-thai dan Vovinam, ternyata banyak menarik minat kaum
muda Indonesia di era modern ini.
Sementara
pencak silat sebagai warisan budaya beladiri bumi pertiwi, sedikit demi
sedikit terkikis dari perhatian golongan muda. Pasalnya, dogma yang
menyebut pencak silat sebagai beladiri yang ‘kampungan’, masih cukup
melekat.
Silat
juga kerap dianggap memiliki akar yang identik dengan suatu agama.
Pandangan ini tidak bisa dipungkiri karena sebagian perguruan
menggunakan atribut agama, seperti penggunaan mantra dan ritual-ritual
yang hanya bisa dilakukan oleh kalangan agama tertentu. Adanya
penggunaan mantra-mantra itu juga membuat orang melihat Pencak Silat
sebagai suatu aktivitas klenik. Sebab, itu tak heran bila segmentasi
pencak silat kurang meluas.
Namun
citra negatif itu perlahan terkikis dengan hadirnya seumlah perguruan
silat yang lebih inklusif, dan modern, seperti Merpati Putih (MP).
Perguruan ini, mengembangkan banyak hal untuk menghilangkan dogma
negatif pencak silat. MP, mengemas metode dan materi latihan, yang
sebenarnya bisa dikatakan, modern jika dibandingkan kebanyakan perguruan
yang ada.
Modern
karena semua keilmuan yang ada, didasarkan metode latihan yang bisa
dikaji secara logis dan ilmiah, tanpa embel-embel ritual keagamaan atau
yang berbau klenik. Selain itu, MP juga mengentaskan pembatasan anggota
yang sebelumnya ‘terbatas’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar